Saturday 5 December 2009

selapanan : sego gudangan


kalo orang barat merayakan hari kelahiran pada satu tahun ke depan (ulang tahun pertama), orang jawa justru merayakan hari kelahiran untuk pertama kalinya ketika si jabang bayi berusia selapan, yaitu 35 hari. hitungan selapan ini didasarkan pada perhitungan hari pasaran jawa. oh ya, aku lahir pada hari sabtu pahing, 31 oktober 2009 jam 20.18 wib. karena sudah lewat magrib, dalam kalender jawa hari pasaranku bukan lagi sabtu pahing, tetapi minggu pon.

tapi peringatan 35 hari atau selapanan ini biasanya sudah dipersiapkan sejak siang hari menjelang hari kelahiran meskipun waktu selamatannya dilakukan pada sore dan malam harinya.

uuuhh...pusying deh, itung-itungan hari pasaran jawa ini!


yang jelas, hari sabtu siang itu, tempat tidurku tiba-tiba menebarkan aroma beraneka makanan dan bunga-bungaan. rada-rada mistis tapi menyejukkan aliran napasku. lihatlah apa yang terhidang di tempat tidurku:
  • jenang abang-putih 7 rupa
  • tumpeng gudangan dengan telor
  • buah dan jajan pasar 7 rupa
  • kembang setaman lengkap dengan uang ribuan sebagai syarat
sesaji itu kemudian didoain oleh eyang kakung. selain berdoa, eyang kakung juga menyanyikan tembang dhandhanggula yang sengaja diciptakan untukku. aku nggak tahu arti tembang macapat itu, tetapi aku percaya bahwa tembang itu penuh muatan doa untuk tumbuh kembangku.


selepas adzan ashar..sekita pukul 4 sore, mbok nem dibantu beberapa tetangga mengangkat sesaji dari tempat tidurku dipindahkan ke garasi yang sudah digelari karpet. sementara itu anak-anak kecil di kampungku satu persatu berdatangan. o la la..inilah rupanya saat yang mereka tunggu-tunggu: mendapat sepincuk hidangan sego gudangan.

"bancakaaannn...!" seru mereka dari kejauhan dan kemudian menyerbu garasi rumahku. eh, ternyata nggak cuma anak-anak yang berdatangan, yang tua pun nggak mau ketinggalan. malah ada yang minta nambah sepincuk lagi. hihiii...aku geli melihat kegairahan mereka akan sepincuk sego gudangan, buah, dan jajan pasar yang dibagikan.


oh ya, ngomong-ngomong tentang jajan pasar yang tersaji memang sengaja dipilih yang made in pasar tradisional. ada tiwul, jadah, gethuk...dll. eh, ada juga jajanan buatan pabrik dalam kemasan. tapi bukan yang branded loh. yang ini murah meriah. bahkan ibu aja baru kali ini melihat ada jajanan dalam kemasan dengan merk nggak jelas, bukan sebangsa cheetos. hehehe...

ibu memang udah pesen sama mbok nem untuk belanja jajan pasar yang memang bener-bener makanan kebanyakan, bukan makanan supermarket. katanya sih biar aku lebih membumi..halah.

acara sore yang berlangsung meriah itu merupakan salah satu rangkaian upacara selapanan. malam harinya, selepas magrib ada upacara lagi yaitu parasan atau potong rambut...

3 comments:

Anonymous said...

wah, ritual selapanan banyak mengandung makna ya...semoga harapan baik dari semua Eyang, pakdhe, budhe, om dan tante menguatkanmu dalam tumbuh dan berkembang ya Dek...

Anonymous said...

Ssst...tante nana juga nggak mudeng blas itungan jawa dek...hihi...

tapi sego gudangan itu kayaknya yummmy banget deh...jadi laparrr...

DV said...

Hai...
aku Donny Verdian, dapet link ini dari adikmu, Bro Neo..

Beberapa waktu silam ortuku juga mengadakan bancakan di Klaten tapi sayangnya karena jumlah anak yang semakin menipis di kampung, bancakan pun diubah bentuk jadi ater-ater (among-among) saja ..:)

Salam kenal..
Aku juga menuliskan bancakan anakku di blogku :)